Realitas kehidupan memang sebuah
penderitaan. Penderitaan yang sama sekali tidak disadari dan disesali sebagai
bentuk untuk melakukan penyembuhan diri dari segala kehinaan. Kehinaan yang
dihasilkan dari prilaku-prilaku kurang ajar, brengsek, dan sampai-sampai
nilai-nilai kemanusiaan dilampaui dalam kekejaman manusia. Manusia yang sudah
lupa akan Tuhannya. Tuhannya seakan telah membuangnya sehingga menjadikan
dirinya hanya seonggok daging yang bernyawa dan tiada punya manfaat bagi alam
maupun sesamanya. Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk orang yang seperti
ini.
Untuk itu, apa yang perlu dilakukan
sekadar untuk mengetahui diri ini hina atau nggak?
Lalu, berdiamlah. Sejenak saja.
Lihatlah sekelilingmu. Apa yang berharga dari suasana di sekitarmu?
Renungkanlah kalau kamu sedang berada di sebuah tempat yang gelap, kelam, dan
tiada cahaya memancar. Mulai perlahan, tanyalah pada angin, udara, dan benda-benda
yang ada di sekitarmu bahwa ada seseorang hatinya lembut dan senantiasa dia
lari realitas lingkungannya yang kotor. Lingkungannya yang sesak akan
kemaksiatan. Dan dia berdiam di sebuah ruangan gelap itu yang bernama gunung
cahaya(Jabal Nur).
Ya, dialah Muhammad SAW yang
membenamkan dirinya dalam khusuk dan mulai merenungkan tentang arti keberadaan
semesta dan hakikat di balik penciptaannya. Dia bertafakkur memikirkan
penciptaan dan tujuan seperti apa kiranya yang diinginkan semuanya, termasuk
kedudukan sebagai khalifah (peminpin) di muka bumi.
Maka, beberapa hal yang dapat kita
ambil bahwa penyucian diri untuk melepas dari belenggu-belenggu realitas hina,
tentu cara kesepian memang sangat dianjur. Karena kesepian, bukan berarti
dirinya jomblo dan tak memiliki seorang kekasih. Untuk itu, janganlah pernah
merasa galau dalam kesepian. Isilah kesepianmu dengan bercinta-kasih, menyulut
kerinduan, dan senantiasa berlama-lamalah dengan menyungkurkan kepala pada
lantai. Pahamilah semua yang sudah kamu lakukan; terutama keburukanmu yang
membuat hatimu berlubang. Lalu tamballah hati berlubang itu dengan rasa syukur
dan menyerahkan segenap jiwa-ragamu untung Sang Kekasih yang senantiasa selalu
menunggu kerinduanmu setiap waktu.
Terakhir, mari kita mulai dari detik
ini. Buktikan bahwa kita ini adalah manusia-manusia yang memiliki cahaya.
Cahaya yang mampu menerangi lingkungan sekitarnya.
(Ditulis pada suatu waktu yang
suasananya masih gelap—sebelum cahaya 23/1/2015)
Bagikan
KETIKA GELAP KETIKA TERANG
4/
5
Oleh
Unknown