Sabtu, 26 Desember 2015

KETIKA GELAP KETIKA TERANG

elysusanti.com
Realitas kehidupan memang sebuah penderitaan. Penderitaan yang sama sekali tidak disadari dan disesali sebagai bentuk untuk melakukan penyembuhan diri dari segala kehinaan. Kehinaan yang dihasilkan dari prilaku-prilaku kurang ajar, brengsek, dan sampai-sampai nilai-nilai kemanusiaan dilampaui dalam kekejaman manusia. Manusia yang sudah lupa akan Tuhannya. Tuhannya seakan telah membuangnya sehingga menjadikan dirinya hanya seonggok daging yang bernyawa dan tiada punya manfaat bagi alam maupun sesamanya. Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk orang yang seperti ini.
Untuk itu, apa yang perlu dilakukan sekadar untuk mengetahui diri ini hina atau nggak?
Lalu, berdiamlah. Sejenak saja. Lihatlah sekelilingmu. Apa yang berharga dari suasana di sekitarmu? Renungkanlah kalau kamu sedang berada di sebuah tempat yang gelap, kelam, dan tiada cahaya memancar. Mulai perlahan, tanyalah pada angin, udara, dan benda-benda yang ada di sekitarmu bahwa ada seseorang hatinya lembut dan senantiasa dia lari realitas lingkungannya yang kotor. Lingkungannya yang sesak akan kemaksiatan. Dan dia berdiam di sebuah ruangan gelap itu yang bernama gunung cahaya(Jabal Nur).
Ya, dialah Muhammad SAW yang membenamkan dirinya dalam khusuk dan mulai merenungkan tentang arti keberadaan semesta dan hakikat di balik penciptaannya. Dia bertafakkur memikirkan penciptaan dan tujuan seperti apa kiranya yang diinginkan semuanya, termasuk kedudukan sebagai khalifah (peminpin) di muka bumi.
Maka, beberapa hal yang dapat kita ambil bahwa penyucian diri untuk melepas dari belenggu-belenggu realitas hina, tentu cara kesepian memang sangat dianjur. Karena kesepian, bukan berarti dirinya jomblo dan tak memiliki seorang kekasih. Untuk itu, janganlah pernah merasa galau dalam kesepian. Isilah kesepianmu dengan bercinta-kasih, menyulut kerinduan, dan senantiasa berlama-lamalah dengan menyungkurkan kepala pada lantai. Pahamilah semua yang sudah kamu lakukan; terutama keburukanmu yang membuat hatimu berlubang. Lalu tamballah hati berlubang itu dengan rasa syukur dan menyerahkan segenap jiwa-ragamu untung Sang Kekasih yang senantiasa selalu menunggu kerinduanmu setiap waktu.
Terakhir, mari kita mulai dari detik ini. Buktikan bahwa kita ini adalah manusia-manusia yang memiliki cahaya. Cahaya yang mampu menerangi lingkungan sekitarnya.

(Ditulis  pada suatu waktu yang suasananya masih gelap—sebelum cahaya 23/1/2015)

Bagikan

Jangan lewatkan

KETIKA GELAP KETIKA TERANG
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.