Lagu lembut kian mengalun dari earphone yang
saya dengar. Semilir angin berhembus hingga rasa dingin terasa. Awan hitam yang
berjalan di angkasa itu terus berarak dibawa angin, seakan mengabarkan kepada
saya bahwa sebentar lagi hujan akan turun. “Kenapa memang kalau
hujan turun?” ucap saya dalam hati.
Tak ada yang menjawab. Lagu terus
mengalun lembut di telinga. Saya tersenyum meski dipaksa. Bagaimana pun saya
merasa aneh pada seseorang. Tapi mendengar lagu itu, bulu kuduk saya merinding.
Rambutmu
Matamu
Bibirmu, kurindu
Senyummu
Candamu
Tawamu, kurindu[1]
Benar. Kabar awan tadi memang benar
bahwa tak lama memang hujan turun. Diawali dengan gerimis halus, hingga lebat.
Saya lihat dari lantai empat bangunan ini tampak jalanan berkabut. Seperti ada
asap yang sedang menyelimuti segala bangunan, pepohonan, maupun kendaraan.
Namun itu semua seakan menjadi pemandangan
eksotik di mata saja. Sementara hati saya bergejolak. Kencang sekali. Dirundung
rindu. Gara-gara seseorang yang selalu diam dan membeku. Sehingga membuat
sepanjang waktu saya diwarnai dengan segala pertanyaan yang tak kunjung ada
jawabannya?
Apa yang tersembunyi dibalik manis
senyummu?
Apa yang tersembunyi dibalik bening
dua matamu?[2]
Lagu berganti dengan cepat. Tak
sempat kuulang lagu rindu itu. Lirik selanjutnya mengajak pikiran saya untuk
berpikir lebih dalam lagi. Membuat hati saya semakin bergejolak. Bagaimana pun,
saya menyaksikan seseorang itu sedang tersenyum dan matanya berkaca-kaca. Namun
dalam bayangan saya saja.
Ada jarak di antara kita selimuti sekian
waktu yang tersita
Ingin kuhilang jarak terbentang.
Semoga…
Saya sadar bahwa atas kebungkamannya
itu membuat jarak di antara kami akan semakin terasa. Saya juga sadar kembali
bahwa kami memang punya jarak. Jarak yang tak bisa kami paksakan untuk dekat.
Hanya hatilah yang membuat jarak itu hilang atau pun sirna. Ya, dalam hati saya
hanya mengucapkan, “semoga saja…”
Buat apa kau diam saja?
Bicaralah, agar aku semakin tahu
Warna dirimu duhai permata
Kau mimpiku aku tak bohong
Sekian kau kira seperti yang selalu
kau duga
Pintahku kau percayalah. Usahkan…
Kekhawatiran saya memuncak, setelah
lirik lagu ‘jangan tutup dirimu’ itu terdengar mengalun mesra.
Meski alunannya membuat gundah gulana. Bagaimana pun, saya tidak ingin hal itu
terjadi. Puncak ketakutan saya terjadi. Hunjam rasanya. Tapi, saya tidak boleh
punya firasat kurang baik. Sebab, itu akan menghancurkan diri saya.
Jangan tutup dirimu[3]
Bagikan
SEMBUNYI DARI SEMUA YANG ADA PADAMU
4/
5
Oleh
Unknown