Sabtu, 26 Desember 2015

CINTA YANG BERHANTU-HANTU

Sumber: pulpn.com
Ada mahasiswa dengan nama disamarkan menjadi ‘dia’. Dia itu, pada suatu siang yang agak panas, melihat seorang perempuan. Ciri-ciri perempuan itu tubuhnya ramping dan berkacamata. Nah, perempuan itu ternyata sudah dikenalnya waktu OSPEK, setahun yang lalu dan kebetulan dia memang suka. Tapi selama kurun waktu setahun itu, dia merasa tidak bisa mengembangkan perasaannya. Pantaslah, saat itu dia bukan siapa-siapa. Tidak punya bekal yang jitu untuk mendekati perempuan, apalagi sampai memecarinya. Pikirannya masih kolot soal orang kota vs orang desa, yang seakan kontradiktih. Sehingga, pertemuannya hari itu merupakan waktu yang istimewa karena dia merasa menemukan lagi perempuan masa lalunya dan bermaksud meluruskan niatnya.
      Saat melihat perempuan itu, dia sudah terlihat sangat gelisah. Kegelisahannya sudah di luar batas biasanya. Dia mencari cara dan teknik paling jitu agar bisa banyak tahu soal perempuan itu. Namun, saat pertama kali bertanya pada temannya—kebetulan banyak tahu—ternyata perempuan itu sudah punya pacar. Aduh, dia itu hanya geleng-geleng kepala. Tidak menyangka saja. Seakan harapannya sudah putuslah pada waktu itu.
         Tapi apa yang membuat kisah dia menarik?
        Ternyata, dia dalam kekecewaannya itu, diam-diam mencari informasi meski banyak yang menyakitkan. Namun dia tidak pernah mengeluh. Ungkapan ‘Tidak ada hak yang tidak diperjuangkan’ menjadi obor dari setiap usahanya. Seakan-akan dia sudah menghamba pada perempuan bertubuh ramping dan berkacamata itu.
          Dalam kisahnya, dia itu ternyata punya ajian atau ilmu yang cukup mapan agar perempuan berkacamata itu bisa kepikiran dan suatu saat akan takluk ditangannya.
Pertama, ‘aku berpikir, maka aku ada’ dijadikan sebagai landasan keyakinan bahwa orang yang memikirkan sesuatu itu, tentu sebenarnya dia dekat dengan apa yang dipikirkan (sesuatu) itu. Jadi, kalau terus saja dia memikirkan perempuan itu, otomatis ada telepati yang menyambung. Entah itu melalui mimpi atau lewat apapun.
Kedua, dia mengeluarkan konsep pemikiran baru bahwa, untuk menemukan pasangan yang benar-benar cocok itu perlu proses panjang. Jadi, dalam hal ini sikapplayboy itu dibenarkannya. Karena apa? Pada hakikatnya, jiwa manusia itu mengalami fase perubahan setiap waktu. Sehingga, kondisi ini menimbulkan perasaan yang berbeda-beda setiap saatnya. Samplenya: jika ingat fase perkembangan anak kecil, saat SD, tentu dia ingin jadi pilot dsb. Terus saat SMP, keinginannya berubah menjadi guru dsb. SMA, inginnya lain lagi. Begitu sampai seterusya.  

       Ketiga, percaya pada hukum ‘kausalitas’ dan bersedia untuk mendisiplinkan diri untuk melakukannya. Nah, bagian ini yang dimaksud kerja keras atas apa yang dicintainya biar dimiliki. Dalam hal ini, dia berpegang teguh pada prinsip ‘dirinya harus bisa lebih unggul’ dari perempuan itu, baik dari segi penampilan yang oke, otak yang berisi, dompet yang tebal, dan selalu berusaha mencari sensasi untuk menjunjung eksistensinya sebagai mahasiswa paling keren dan hebat di kampus. Sampai-sampai dia itu lupa akan sepedanya yang sedang diinapkan di bengkel karena tidak mampu bayar. “Dasar cinta! Tiap waktu datang terus. Kayak hantu yang selalu menakut-nakuti,” gerutunya, sambil melihat foto-foto gadis bertubuh ramping dan berkacamata.    

Bagikan

Jangan lewatkan

CINTA YANG BERHANTU-HANTU
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 komentar:

Tulis komentar